Menggeliatkan Usaha Sarung Tenun Goyor di Era Digitalisasi Warisan Budaya dan Tantangan Sarung Tenun GoyorSarung tenun goyor, produk warisan leluhur berbasis alat tenun bukan mesin (ATBM), terbuat dari benang rayon dengan serat alami Eucalyptus dan Abaca yang halus dan lentur, nyaman dipakai di segala musim. Sentra produksi di Jawa Tengah seperti Klaten, Pemalang, Tegal, dan Jepara memiliki kekhasan motif dan teknik, namun menghadapi tantangan besar di era digitalisasi. Persaingan pasar yang ketat, teknologi ATBM yang belum efisien, dan munculnya sarung tenun printing serta produksi massal berbasis mesin (ATM) dengan harga lebih murah mengancam kelangsungan usaha ini, berisiko memudarkan budaya lokal jika tidak diatasi. Tantangan Teknologi dan Persaingan PasarTeknologi ATBM belum mengalami modifikasi sejak zaman leluhur, menyebabkan produksi bergantung pada ketangkasan tenaga kerja dan kurang efisien dibandingkan mesin tenun yang menghasilkan kain konsisten dengan harga lebih rendah. Sarung tenun printing yang jauh lebih murah juga menarik konsumen yang mengutamakan harga ketimbang nilai seni. Untuk meningkatkan efisiensi, modifikasi ATBM perlu dikembangkan melalui kolaborasi dengan lembaga penelitian dan pemerintah. Meski sulit, keyakinan dan semangat untuk menghasilkan produk berkualitas dapat mendorong inovasi teknologi tepat guna yang mendukung keberlanjutan usaha. Strategi Pengembangan dan Peluang PasarUntuk bertahan di pasar kompetitif, produsen sarung tenun goyor ATBM perlu menargetkan segmen pasar yang menghargai nilai seni, seperti kawasan wisata di Bali, Lombok, Jakarta, dan pasar mancanegara seperti Arab Saudi dan Afrika. Tren konsumsi barang tahan lama dengan harga premium mendukung potensi pasar yang besar. Digitalisasi branding perusahaan dan peran SDM dalam mempromosikan produk ke buyer internasional menjadi kunci untuk meningkatkan penjualan. Dengan mengoptimalkan keunggulan komparatif dan kompetitif, usaha ini dapat memperluas pasar, menjaga warisan budaya, dan meningkatkan omset secara berkelanjutan. Read More
Sinergi Bisnis Koperasi Merah Putih Dan Bumdes
Sinergi Bisnis Koperasi Merah Putih Dan Bumdes Urgensi Koperasi Merah Putih dan BUMDesPemerintah meluncurkan Koperasi Merah Putih (KMP) Desa/Kelurahan pada 21 April 2025 melalui situs https://kopdesmerahputih.kop.id/, dengan target 80.000 unit usaha dan kebutuhan modal hingga Rp400 triliun, sesuai Inpres No. 9 Tahun 2025. Di sisi lain, sekitar 64.000 BUMDes telah berdiri berdasarkan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. KMP dan BUMDes memiliki potensi besar untuk mempercepat pembangunan desa yang inklusif dan mendukung SDGs Desa, SDGs Nasional 2030, serta visi Indonesia Emas 2045, asalkan tata kelola keduanya dirancang secara terpisah, jelas, dan terukur untuk menghindari konflik dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. Model Sinergi BisnisSinergi KMP dan BUMDes dapat dilakukan melalui strategi jangka panjang seperti penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Peta Jalan Pengembangan Bisnis menuju Indonesia Emas 2045, serta strategi pasar menggunakan Business Model Canvas (BMC), penguatan tata kelola organisasi, dan optimalisasi operasional dengan manajemen mutu bisnis. Pemerintah perlu menyusun Peta Jalan KMP dan BUMDes yang terintegrasi dengan komponen SDGs Desa untuk memastikan sinergi yang berkelanjutan. Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan DEKOPIN juga diperlukan untuk meningkatkan literasi masyarakat dan perangkat desa tentang kedua entitas ini. Kompetensi SDM dan Peran Pemangku KepentinganKeberhasilan KMP dan BUMDes bergantung pada kompetensi dan integritas SDM pengelola, yang sering kali menjadi kendala akibat kurangnya kesiapan dan jumlah SDM berkualitas. Keterlibatan pemangku kepentingan seperti lembaga sertifikasi kompetensi, perguruan tinggi, media, dan penegak hukum sangat penting untuk menyediakan SDM yang kompeten dan berintegritas, serta meningkatkan literasi tata kelola bisnis. Di tingkat kabupaten/kota, KMP dan BUMDes dapat mendukung program pengentasan kemiskinan dan makan bergizi gratis, dengan pengawasan dari organisasi perangkat daerah terkait. Read More
Usaha Menengah dalam Program MBG: Proses Industrialisasi Sektor Pangan dan Gizi
Usaha Menengah dalam Program MBG: Proses Industrialisasi Sektor Pangan dan Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai pada 6 Januari 2025 menghadapi tantangan dalam pengelolaan dan penerapan, terutama terkait ketersediaan dana awal dan kesiapan mitra, yaitu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Usaha Menengah (UM) diusulkan sebagai mitra ideal karena memiliki modal dan likuiditas yang memadai untuk mendukung skema pembayaran tangguh atau reimburse, sehingga meringankan beban Badan Gizi Nasional (BGN). Keterlibatan UM swasta, bukan bentukan BGN, juga akan memperkuat fokus BGN dan membuka ruang lebih besar bagi aktivitas bisnis swasta, serta menyerap tenaga kerja muda berprestasi. Program MBG yang melibatkan UM berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dan visi Indonesia Emas 2045. Desain pembayaran reimburse dengan UM sebagai SPPG akan mempermudah administrasi BGN dan meningkatkan tanggung jawab mitra. Skema ini juga memungkinkan penyerapan tenaga kerja muda terdidik, sejalan dengan TPB dan visi Indonesia Emas 2045. BGN perlu mengambil langkah strategis seperti memilih UM swasta sebagai SPPG, mendesain skema pembayaran yang efisien, bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk program magang, mendorong penyerapan tenaga kerja muda, mendukung UM sebagai penyedia bahan pangan lokal, dan membuat peta jalan MBG hingga tahun 2045. Read More
FRUGAL INNOVATION: STRATEGI KEBERLANJUTAN BISNIS UMKM
FRUGAL INNOVATION: STRATEGI KEBERLANJUTAN BISNIS UMKM Perubahan lingkungan bisnis yang semakin ketat menuntut Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk beradaptasi dan meningkatkan daya saing. Frugal Innovation (FI) atau inovasi hemat menjadi solusi krusial bagi UMKM untuk bertahan dan berkembang, terutama pasca pandemi. FI berorientasi pada minimisasi biaya, fokus pada fungsi utama produk, dan mendorong peningkatan kinerja bisnis. Penerapan FI dapat dilakukan melalui adopsi e-commerce, kolaborasi antar UMKM, dan inovasi produk yang terjangkau seperti kopi mobile. Adopsi FI membutuhkan proses yang tidak instan, tetapi dapat didorong melalui keselarasan dengan nilai bisnis, kepemimpinan yang adaptif, pemikiran out-of-the-box, efisiensi biaya produksi, pengayaan literasi inovasi, dan pemanfaatan platform digital. Untuk mendorong keberlanjutan bisnis UMKM melalui FI, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak. Penguatan literasi inovasi, aktivasi peran komunitas bisnis, dukungan pemerintah dalam pembiayaan, peran media digital sebagai sumber pengetahuan, dan penguatan karakter kewirausahaan menjadi strategi penting. Penekanan pada karakter pengusaha yang transformatif dan kuat menjadi modal organisasi untuk mengelola sumber daya secara optimal dan berorientasi pada keberlanjutan bisnis. Read More
Industry Chain Theory: Interkoneksi Koperasi dan Klaster UMKM
Industry Chain Theory: Interkoneksi Koperasi dan Klaster UMKM Pemerintah tengah mengembangkan strategi inovatif untuk memperkuat interkoneksi antara koperasi dan klaster Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui pendekatan Industry Chain Theory (ICT).Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021, kedua lembaga ekonomi ini diharapkan dapat bersinergi secara lebih efektif. Tujuan utamanya adalah mendukung penguatan kelembagaan, modernisasi organisasi, dan pengembangan ekonomi rakyat. Pakar ekonomi dari Universitas Sebelas Maret, Malik Cahyadin, menjelaskan bahwa interkoneksi ini memiliki potensi besar dalam mendukung program strategis nasional, terutama dalam ketahanan pangan, program gizi, dan peningkatan daya saing ekonomi. Strategi yang diusulkan meliputi tiga pendekatan utama: pendekatan teori, kebijakan, dan empiris. Klaster UMKM dipandang sebagai instrumen penting untuk pengendalian inflasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah satu terobosan kunci adalah melibatkan generasi muda melalui rekrutmen dari sekolah kejuruan, vokasi, dan perguruan tinggi. Mereka akan dibekali sertifikasi kompetensi bisnis untuk menjamin daya saing di tingkat nasional dan internasional. Pemerintah optimistis bahwa pendekatan ini dapat menjadi solusi strategis dalam mengentaskan kemiskinan, memperluas lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Ke depan, pemerintah berencana memperluas program KUR Klaster ke seluruh sektor UMKM dan terus mendorong modernisasi lembaga ekonomi rakyat. Read More
Aglomerasi UMKM Solo Raya
Aglomerasi UMKM Solo Raya Pemerintah daerah di wilayah Solo Raya tengah mengembangkan strategi komprehensif untuk mendorong pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui konsep inovatif Aglomerasi UMKM dan Program UMKM Naik Kelas. Strategi ini dirancang untuk menciptakan ekosistem bisnis yang terintegrasi, efisien, dan kompetitif di tingkat regional. Konsep Aglomerasi UMKM merupakan terobosan sistematis yang mengintegrasikan pelaku usaha dari tujuh daerah di Solo Raya. Tujuan utamanya adalah mengoptimalkan rantai pasok, menjamin ketersediaan bahan baku lokal, dan memperluas jejaring pemasaran. Melalui pendekatan ini, UMKM diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi produksi secara berkelanjutan. Program UMKM Naik Kelas fokus mentransformasi usaha mikro menjadi usaha menengah melalui pendekatan multistakeholder. Melibatkan pemerintah daerah, perbankan, perguruan tinggi, dan media, program ini bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, standarisasi produksi, dan strategi pemasaran yang lebih luas. Target strategis program mencakup beberapa aspek penting, di antaranya perluasan akses pasar, pemerataan ekonomi, pengurangan tingkat kemiskinan, dan peningkatan pendapatan daerah. Kegiatan seperti Solo Great Sales (SGS) dan Solo Creative Expo (SCE) menjadi wahana promosi produk UMKM lintas daerah, memberikan ruang lebih luas bagi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Dengan pendekatan komprehensif ini, pemerintah daerah Solo Raya optimistis mampu menciptakan ekosistem UMKM yang lebih kuat, inovatif, dan berkelanjutan, yang pada akhirnya berkontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Read More
Usaha Minuman Tradisional Penjaga Warisan Budaya Lokal Solo Raya
Usaha Minuman Tradisional Penjaga Warisan Budaya Lokal Solo Raya Solo, Jawa Tengah – Minuman tradisional di Solo Raya tetap bertahan dan berkembang di tengah persaingan ketat dengan produk minuman modern. Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) minuman tradisional kini menghadapi tantangan besar, terutama dalam menarik minat generasi muda. Wilayah Solo Raya, khususnya Kabupaten Sukoharjo, tercatat sebagai sentra minuman tradisional dengan ragam produk mulai dari jamu segar, teh herbal, hingga wedang jahe. Para pelaku UMKM tidak hanya sekadar memproduksi minuman, namun juga menjaga warisan budaya kuliner Indonesia. Strategi utama yang dikembangkan adalah inovasi produk dan pemasaran digital. Beberapa terobosan dilakukan seperti menghadirkan produk instan, minuman dingin siap saji, dan kemasan modern yang menarik generasi Z. Selain itu, pemanfaatan platform e-commerce menjadi kunci perluasan pasar. Pemerintah daerah bersama perguruan tinggi pun turut mendukung melalui program edukasi, pelatihan, dan pendampingan. Tujuannya membantu UMKM bertransformasi menghadapi perkembangan teknologi dan selera konsumen yang terus berubah. “Kami ingin membuktikan bahwa minuman tradisional tidak sekadar warisan, tapi juga produk yang relevan dan bernilai tinggi,” ujar salah seorang pelaku UMKM. Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan UMKM minuman tradisional dapat terus melestarikan kearifan lokal sambil tetap kompetitif di era digital. Read More
ANDA INGIN MENJADI PENGUSAHA SUKSES??
BERGABUNGLAH DENGAN PUSAT STUDI PENDAMPINGAN KOPERASI DAN UMKM (PSP-KUMKM) UNS TAHUN 2019 SYARAT PENDAFTARAN : Seorang wirausaha yang berdomisilli di Solo Raya, bergerak di bidang kuliner atau fashion, Kurang lebih sudah menjalankan usaha selama 2 tahun Diutamakan usaha skala mikro dan kecil Memiliki jiwa kewirausahaan tinggi Mempunyai karakter, pengetahuan dan wawasan tentang produk yang akan dikembangkan Mempunyai perencanaan pengembangan usaha yang jelas Mengumpulkan berkas-berkas lamaran yang terdiri dari : Surat lamaran Fotokopi Ijazah Terakhir Pas Photo ukuran 3×4 (2 lembar) Sertifikat/Ijazah, legalitas usaha dan dokumen pendukung lainnya Photo produk dan tempat usaha Mengikuti seleksi yang dilaksanakan oleh PSP-KUMKM FORMULIR PENDAFTARAN DAPAT DIDOWNLOAD atau diambil di sekretariat PSP-KUMKM LPPM UNS di Gedung LPPM Lt 2. Jl. Ir, Sutami 36A Surakarta Telp. (0271) 632916 Waktu pendaftaran peserta tanggal 4-20 Maret 2019. Pendaftaran ditutup sewaktu-waktu bila kuota pendaftar sudah terpenuhi. Berkas formulir yang telah diisi dikirim melalui email ke psp_kumkm@yahoo.com atau diserahkan langsung ke sekretariat PSP-KUMKM LPPM UNS di Gedung LPPM Lt 2. Jl. Ir, Sutami 36 A Surakarta Seleksi : desk evaluation : 21-25 Maret 2019, wawancara 2 April 2019 PROGRAM YANG DITAWARKAN : Pelatihan dan Bimbingan Teknologi Coaching/Mentoring Akses Kemitraan Download Formulir : FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA PROGRAM TIDAK DIPUNGUT BIAYA “JADILAH UKM TERBAIK DAN RAIH BERBAGAI KEUNTUNGAN”
Pameran Produk UMKM
Pameran dalam rangka 6th UNS SME’s SUMMIT & AWARDS 2017 Kegiatan 6th UNS SME’SUMMIT & AWARDS tahun 2017 menyelenggarakan kegiatan pameran produk bagi UMKM dampingan program PK-BL/CSR perusahaan dan instansi yang konsen dalam pengembangan UMKM serta bagi UMKM dampingan PSP-KUMKM LPPM UNS, dengan tujuan dapat memberikan ruang bagi UMKM untuk saling bertemu memamerkan hasil karya dan produknya dan dapat saling memotivasi untuk selalu meningkatkan daya saingnya. Kegiatan Pameran produk UMKM ini dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2017, di Gedung Student Center UNS. merupakan rangkaian kegiatan UNS SME SUMMIT & AWARDS yang telah memasuki tahun ke-6. Dalam kegiatan 6th UNS SME SUMMIT & AWARDS ini selain kegiatan pameran produk, juga diselenggarakan Penganugerahan Awards kepada beberapa kategori Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten), Perusahaan (BUMN dan Swasta), BDS, koperasi, dan Pengelola Layanan Usaha Terpadu (PLUT) pengembang UMKM terbaik dan Perorangan peduli pemberdayaan UMKM yang akan dilaksanakan nanti malam dan kegiatan Seminar Nasional yang akan diselenggarakan besok tanggal 13 Juli 2017. Adapun peserta pameran UMKM sebagai berikut : N0 Peserta Pameran 1 PLUT – KUMKM Kabupaten Cianjur 2 BDS PUPUK BANDUNG 3 PT. Pertamina(Persero) RU II Kilang Sungai Pakning 4 PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan 5 PT BADAK NGL 6 PT Pupuk Sriwidjaja Palembang 7 PT Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap 8 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 9 PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) 10 Mitra Binaan PSP-KUMKM UNS 11 Outlet Fakultas Pertanian UNS
Lomba Stand Up Comedy “UMKM Kreatif”
Dalam rangka kegiatan 6th UNS SME’s SUMMIT & AWARDS 2017 Pusat Studi Pendampingan Koperasi dan UMKM (PSP-KUMKM) LPPM UNS menyelenggarakan Lomba Stand Up Comedy dengan tema “UMKM Kreatif” yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa di wilayah Solo Raya, yang akan kami selenggarakan pada : Hari,tanggal : Rabu, 12 Juli 2017 Jam : 09.00 – 12.00 WIB Tempat : Gedung Student Center UNS, Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta Hal-hal yang berkenaan dengan lomba tersebut dapat dilihat pada poster terlampir atau dapat diakses di alamat web kami www.psp-kumkm.lppm.uns.ac.idInformasi selengkapnya dapat menghubungi kontak panitia berikut ini : 1. IF Bambang Sulistyono (0817447953) 2. Bety (085955078669) Demikian informasi dan undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.